Hitati
adalah kucing anggora muda yang cantik. Ia mempunyai seorang kakak perempuan,
namanya Nades. Meskipun Hitati cantik, dia tidak mempunyai banyak teman. Itu
karena sifatnya yang sombong dan tidak pernah mau berbagi dengan orang lain.
Pada
suatu hari, kakek Hitati akan pergi ke luar kota. Ia memberi cucu-cucunya
barang peninggalan. Kepada kakak Hitati, Kakek memberi sebuah lampion kamar
yang sangat cantik. Kepada Hitati, Kakek memberi sebuah payung merah muda.
Hitati
melihat Nades memasang lampion itu di kamarnya. Hitati merasa kesal.
“Mengapa
kakek memberiku payung jelek ini? Kak Nades saja dapat lampion yang sungguh
indah,” gerutunya. Kakek hanya tersenyum mendengarnya.
Hitati
bermaksud untuk membuang kekesalannya dengan jalan-jalan. Dia membawa payung
pemberian Kakek. Pada saat ia lumayan jauh dari rumah, tiba-tiba angin bertiup
kencang. Hujan turun dengan tiba-tiba. Hitati segera membuka payungnya.
“Kucing
Cantik, maukah kau berbagi payung denganku?” tanya seekor kelinci yang berada
di seberang jalan. Tubuhnya basah kuyup.
“Aih,
enak saja!” timpal Hitati. Lalu ia berlalu meninggalkan kelinci yang menggigil kedinginan.
Tak
disangka, angin bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Payung Hitati terbalik,
lalu terbang mengikuti angin.
“Tidak! Tidak!
Kembali! Jangan terbang!!” Hitati berteriak ketakutan. Jalanan itu sepi, tidak
ada orang yang bisa dimintai bantuan.
Angin
menerpa apa saja. Hujan semakin lebat. Air mulai naik. Hitati panik. Bulunya
yang indah kini mengapung di air. Hitati tidak bisa berenang.
“Tolong!
Tolong!” Ia berteriak-teriak. Tapi tak ada yang mau menolong. Tubuh Hitati
terseret banjir. Hujan hampir mereda, tetapi banjir belum juga surut. Hitati
menggapai-gapai permukaan air.
Tiba-tiba
Hitati melihat sesuatu berwarna merah muda mengapung di atas air. Ternyata itu
payung Hitati. Payung itu terbalik, menyerupai sebuah kapal. Di atasnya ada
seekor kelinci yang tadi meminta bantuan kepada Hitati.
“Kelinci
Cantik, tolonglah aku,” rengek Hitati. Dia merasa malu kepada kelinci. Karena
kali ini ia harus meminta tolong.
“Tidak.
Kau tidak pernah mau berbagi, bukan?” jawab Kelinci.
Hitati
merasakan pusing yang hebat. Tubuhnya mulai kemasukan air. “Aku minta maaf,
Kelinci. Aku berjanji akan berbagi dengan orang lain. Kumohon, tolong aku …,”
pinta Hitati.
Kelinci
tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk menarik tubuh Hitati. Hitati pun
selamat.
“Terimakasih,
Kelinci. Aku sangat menyesal. Aku akan menjadi anggora yang baik mulai
sekarang.”
Kelinci
tersenyum mendengarnya. Kemudian mereka mendayung payung itu untuk pulang ke
rumah. Mulai saat itu, Hitati selalu berbagi dan berbuat baik kepada orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar