♠ terlahir dari rahim imajinasi yang frustasi,
♠ teracuni belerang-belerang rindu,
♠ tewas di belantara aksara sebab gagal menembus media ...

Selasa, 06 Januari 2015

Payung Hitati

  Hitati adalah kucing anggora muda yang cantik. Ia mempunyai seorang kakak perempuan, namanya Nades. Meskipun Hitati cantik, dia tidak mempunyai banyak teman. Itu karena sifatnya yang sombong dan tidak pernah mau berbagi dengan orang lain.
  Pada suatu hari, kakek Hitati akan pergi ke luar kota. Ia memberi cucu-cucunya barang peninggalan. Kepada kakak Hitati, Kakek memberi sebuah lampion kamar yang sangat cantik. Kepada Hitati, Kakek memberi sebuah payung merah muda.
  Hitati melihat Nades memasang lampion itu di kamarnya. Hitati merasa kesal.
  “Mengapa kakek memberiku payung jelek ini? Kak Nades saja dapat lampion yang sungguh indah,” gerutunya. Kakek hanya tersenyum mendengarnya.
Hitati bermaksud untuk membuang kekesalannya dengan jalan-jalan. Dia membawa payung pemberian Kakek. Pada saat ia lumayan jauh dari rumah, tiba-tiba angin bertiup kencang. Hujan turun dengan tiba-tiba. Hitati segera membuka payungnya.
  “Kucing Cantik, maukah kau berbagi payung denganku?” tanya seekor kelinci yang berada di seberang jalan. Tubuhnya basah kuyup.
  “Aih, enak saja!” timpal Hitati. Lalu ia berlalu meninggalkan kelinci yang menggigil kedinginan.
  Tak disangka, angin bertiup lebih kencang dari sebelumnya. Payung Hitati terbalik, lalu terbang mengikuti angin.
  “Tidak! Tidak! Kembali! Jangan terbang!!” Hitati berteriak ketakutan. Jalanan itu sepi, tidak ada orang yang bisa dimintai bantuan.
  Angin menerpa apa saja. Hujan semakin lebat. Air mulai naik. Hitati panik. Bulunya yang indah kini mengapung di air. Hitati tidak bisa berenang.
  “Tolong! Tolong!” Ia berteriak-teriak. Tapi tak ada yang mau menolong. Tubuh Hitati terseret banjir. Hujan hampir mereda, tetapi banjir belum juga surut. Hitati menggapai-gapai permukaan air.
  Tiba-tiba Hitati melihat sesuatu berwarna merah muda mengapung di atas air. Ternyata itu payung Hitati. Payung itu terbalik, menyerupai sebuah kapal. Di atasnya ada seekor kelinci yang tadi meminta bantuan kepada Hitati.
  “Kelinci Cantik, tolonglah aku,” rengek Hitati. Dia merasa malu kepada kelinci. Karena kali ini ia harus meminta tolong.
  “Tidak. Kau tidak pernah mau berbagi, bukan?” jawab Kelinci.
  Hitati merasakan pusing yang hebat. Tubuhnya mulai kemasukan air. “Aku minta maaf, Kelinci. Aku berjanji akan berbagi dengan orang lain. Kumohon, tolong aku …,” pinta Hitati.
  Kelinci tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk menarik tubuh Hitati. Hitati pun selamat.
  “Terimakasih, Kelinci. Aku sangat menyesal. Aku akan menjadi anggora yang baik mulai sekarang.”
  Kelinci tersenyum mendengarnya. Kemudian mereka mendayung payung itu untuk pulang ke rumah. Mulai saat itu, Hitati selalu berbagi dan berbuat baik kepada orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar